Food Photographer
Tuesday, 04 July 2017 05:47 PM
“Pada dasarnya karakter manusia itu ada pada makanan. Ada yang keras, crispy, ada yang lembut, manis bahkan pahit. Jenis yang berbeda, memerlukan perlakuan yang berbeda,” papar food photographer Third Eye Space, Murenk Kusnanto.
Seperti manusia, begitu pula dalam pemotretan makanan. Jenis yang berbeda, perlu treatment yang berbeda untuk hasil foto yang terbaik. Seperti apa? Pada dasarnya makanan yang bagus untuk difoto adalah makanan yang fresh, makanan yang baru selesai dimasak, baru keluar dari oven.
Foto produk, termasuk makanan, sering dianggap mahal, ribet dan susah. “Di Indonesia, banyak kalangan yang tidak terlalu mementingkan sebuah foto. Biasanya yang sangat peduli justru industri fast food,” lanjut Murenk.
Karena mereka harus bisa memberikan impresi terbaik untuk makanan yang mereka sajikan pada calon-calon pembelinya dalam waktu singkat. Lalu seperti apa foto makanan yang baik? Tentu saja, mewakili karakter makanan sebagaimana adanya.
Bagaimana caranya jadi fotografer makanan? Bagaimana menjual kepiawaian memotretnya?
Portfolio dan terus memotret makanan, itu sudah pasti. “Mulai dari street food, konsep, foto loe sendiri. Loe banyakin nongkrong dan ngobrol. Dimana aja, jangan membatasi diri. Dan loe bilang aja, loe fotografer food,” saran Murenk yang mengawali perjalanannya memotret makanan dari majalah kuliner dan membangun network dari situ.
“Gue cuma mengambil kesempatan. Dan gue selalu menyatakan, bahwa gue adalah food photographer.”